Indonesia-Timor Leste: SENGKETA PERBATASAN BELUM TUNTAS

Sengketa perbatasan berupa klaim beberapa hektar tanah di perbatasan Republik Indonesia dan Republik Timor Leste belum tuntas hingga kini. Sekretaris Satu Kedutaan Besar Republik Indonesia di Dili, Timor Leste, Victor Josef Sambuaga yang ditemui di Dili, Selasa malam (1/12), menjelaskan, sengketa perbatasan kedua negara itu di tiga lokasi perbatasan darat. “Yang sempat ramai dibicarakan adalah sengketa di wilayah Citrana di enklave Oekusi. Oekusi adalah wilayah Timor Leste yang berada dalam provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Daerah Citrana seluas lebih dari 120 hektar, termasuk Desa Naktuka, merupakan wilayah delta sungai yang subur untuk pertanian,” kata Sambuaga lagi. Selain itu, wilayah yang masih disengketakan adalah Oben atau Bijael Sunan dan pulau di Sungai Malibaka. Daerah itu berada di perbatasan Kabupaten Belu dan Kabupaten Timor Tengah Utara dengan Timor Leste. Ketegangan sempat terjadi, kata Sambuaga, karena warga di Naktuka dilarang oleh orang tertentu membuat kartu tanda penduduk (KTP) Republik Indonesia (RI). Patroli perbatasan TNI di sekitar Oben/Bijael Sunan juga pernah didatangi ratusan orang yang bersikap tidak bersahabat. “Kita memang mengupayakan penyelesaian damai sesuai aspirasi masyarakat. Itu sudah disepakati dalam Provisional Agreement tahun 2005 antara Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda (saat itu) dan Menteri Luar Negeri Timor Leste Jose Ramos Horta. Perundingan masih terus dilakukan,” kata Sambuaga. Saat ini ada empat titik perlintasan orang dan barang antara Indonesia dan Timor Leste, yakni di Mota Ain-Batugade, Mota Masin-Salele, Wini-Sakato, serta Napan-Bobometo. Selain itu, masih ada enam pintu perlintasan yang belum dibuka, yakni di Turicain-Tunubibi, Dilomil-Memo, Laktutus-Belulik Leten, Haumeniana-Passabe, Oepuli-Citrana, serta Lakmars. Dalam pantauan Kompas, pintu perlintasan paling ramai terdapat di Mota Ain-Batugade, yang merupakan wilayah Kabupaten Belu, NTT, dan Distrik Bobonaro, Timor Leste. Setiap hari puluhan kendaraan travel dan truk melintasi daerah perbatasan itu. Hubungan dagang Indonesia-Timor Leste berjalan baik selama sepuluh tahun terakhir. Banyak warga negara Republik Indonesia bekerja dan membuka usaha di pelbagai bidang di Timor Leste. Dalam data KBRI Dili tahun 2008 disebutkan, tenaga kerja asal Indonesia menempati urutan pertama dengan 420 orang, yang diikuti Republik Rakyat China sebanyak 127 orang dan Filipina (74 orang). Jose Bello, Pemimpin Redaksi Tempo Semanal, mengatakan, tahun 2009 jumlah tenaga kerja asal China meningkat, mengalahkan tenaga kerja asal Indonesia. Pemerintah China membangun sejumlah megaproyek di Timor Leste.(ONG)

Leave a comment

No comments yet.

Comments RSS TrackBack Identifier URI

Leave a comment